Cara Terbaik untuk Mendukung LGBTQ+ di Tempat Kerja
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat pengakuan yang semakin meningkat mengenai pentingnya mendukung komunitas LGBTQ+ di tempat kerja. Namun, meskipun banyak perusahaan menyatakan komitmennya terhadap kesetaraan LGBTQ+, underrepresented LGBTQ+ khususnya perempuan LGBTQ+, masih terus berlanjut dalam berbagai peran manajemen. Underrepresented ini seringkali mengakibatkan tekanan dan rintangan yang lebih tinggi yang dialami oleh individu LGBTQ+ dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang heteroseksual dan cisgender.
Dalam artikel ini dari Aniday, kami mengeksplorasi pengalaman karyawan LGBTQ+ selama pandemi dan berbicara tentang taktik untuk membentuk lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung.
Bagaimana pengalaman Anda bekerja selama pandemi?
Pandemi membawa tantangan unik bagi individu LGBTQ+ di tempat kerja. Isabel Larrow, seorang Manajer di Dukungan Teknis, berbagi pengalamannya sebagai seorang perempuan biseksual. Dia menyoroti bagaimana identitasnya dalam komunitas LGBTQ+ secara konsisten mengalami penghapusan karena stereotip dan kritik yang persisten.
Pergeseran ke kerja jarak jauh mengorbankan banyak wadah yang mendukung identitasnya, membuatnya penting untuk terbuka tentang identitasnya di tempat kerja. Isabel merasa bersyukur karena merasa divalidasi dalam identitasnya di antara rekan kerjanya dan melalui kelompok sumber daya karyawan (ERG) untuk komunitas LGBTQ+.
Kevin Forestell, seorang anggota tim Layanan Pelanggan, menyampaikan sentimen serupa. Meskipun pandemi menciptakan berkah dalam beberapa aspek, menjaga kehidupan sosial menjadi sulit, yang memiliki dampak signifikan pada komunitas LGBTQ+.
Bagaimana Anda mengatasi perubahan yang muncul saat hidup di dunia virtual?
Casseia Todd, seorang Insinyur Perangkat Lunak, membagikan pengalamannya sebagai seseorang yang tumbuh di dunia maya dan mencari validasi dan komunitas melalui internet. Bagi individu queer, ruang online menjadi sangat penting untuk saling menemukan dan membangun hubungan. Casseia menemukan transisi ke kerja virtual lebih mudah dari yang diharapkan karena keakraban terhubung dengan orang lain secara online.
Kevin, yang menemukan keberagamannya secara virtual karena kurangnya orang terbuka secara queer di komunitasnya, juga beradaptasi dengan cukup baik dengan dunia virtual. Namun, dia mengakui bahwa mempertahankan koneksi dan hubungan secara virtual membutuhkan lebih banyak energi. Meskipun tantangan tersebut, tetap terhubung secara virtual membantu mengurangi perasaan isolasi.
Apa yang Anda pelajari tentang diri Anda/orang lain selama pandemi?
Pandemi mendorong banyak individu, termasuk karyawan LGBTQ+ di tempat kerja, untuk merenungkan identitas dan hubungan mereka. Casseia membahas konsep identitas dalam isolasi dan bagaimana terpisah dari komunitas yang mendukung menyebabkan identitasnya berubah dan berubah bentuk. Dia menekankan bahwa lebih peduli pada tindakan-tindakan yang dia lakukan dan bagaimana tindakan tersebut memengaruhi orang lain daripada kata-kata yang digunakan untuk mendefinisikan dirinya.
Kevin menyoroti pertumbuhan pribadinya dan pemahamannya tentang apa yang membentuk dirinya saat ini. Dia mengakui ketahanan komunitas LGBTQ+, yang dibentuk oleh generasi sebelumnya yang menanggung perjuangan signifikan. Pandemi telah menciptakan kesempatan untuk penemuan diri dan penetapan tujuan hidup jangka panjang.
Bagaimana Anda memotivasi diri untuk setiap hari nya?
Isabel, sebagai seorang manajer, menemukan motivasi dalam membangun hubungan pribadi dengan anggota timnya. Memastikan bahwa setiap orang dapat muncul sebagai diri mereka yang autentik di tempat kerja dan memprioritaskan kesejahteraan mereka mendorong komitmen Isabel. Lingkungan global yang penuh tekanan membuatnya lebih penting bagi Isabel untuk menciptakan ruang kerja yang produktif dan mendukung bagi timnya.
Kevin tetap termotivasi dengan tetap terhubung dengan orang-orang yang dia kagumi dan yang menginspirasinya untuk melakukan yang lebih baik. Menyelesaikan tujuan hidup jangka panjang selama waktu yang sulit membantunya memahami bagaimana cara mencapainya.
Apa beberapa praktik terbaik atau tips yang telah mendukung kesejahteraan Anda selama setahun terakhir? Membantu Anda berkembang?
Kevin menekankan pentingnya tetap terhubung dengan komunitas queer, terutama setelah pindah ke daerah dengan populasi LGBTQ+ yang kecil. Terlibat dalam acara online, terhubung dengan Leverhues ERG, dan sarana virtual lainnya memungkinkannya didengar dan terlihat selama tahun yang sulit.
3 Tips untuk Mendukung Lebih Baik Karyawan LGBTQ+
1. Ciptakan ruang bagi karyawan dalam komunitas LGBTQ+ untuk berinteraksi satu sama lain
Kelompok sumber daya karyawan (ERGs) sangat penting untuk menciptakan ruang di mana karyawan LGBTQ+ dapat terhubung satu sama lain dan menemukan rasa aman dan dukungan. Penting untuk memastikan bahwa semua kelompok dalam komunitas LGBTQ+ termasuk ketika membentuk ERG. Melakukan survei dapat membantu memahami latar belakang dan kebutuhan karyawan, memungkinkan mereka untuk menentukan seperti apa partisipasi bagi anggota komunitas dan sekutu. Prioritaskan ERG dengan memberikan waktu reguler untuk pertemuan dan dukungan keuangan untuk menumbuhkan rasa aman psikologis di tempat kerja.
2. Jadikan inklusivitas, rasa memiliki, dan representasi sebagai bagian dari semua proses operasional
Menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dimulai dengan memperlakukan individu dengan hormat dan memastikan semua aspek organisasi merangkul inklusivitas, rasa memiliki, dan representasi. Mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam proses operasional sangat penting. Mendorong keterlihatan pronoun dan secara konsisten menanyakan bagaimana inklusivitas dapat ditingkatkan adalah langkah-langkah menuju membentuk lingkungan yang lebih terbuka dan ramah untuk karyawan LGBTQ+ di tempat kerja.
3. Menilai kembali manfaat yang diberikan kepada karyawan
Untuk mendukung karyawan dari latar belakang yang beragam, pertimbangkan untuk menilai kembali manfaat yang ditawarkan oleh organisasi Anda. Cuti orangtua yang adil seharusnya menjadi praktik standar, dan manfaat harus mengatasi keadaan unik setiap individu. Memastikan manfaat inklusif bagi semua jenis kelamin sangat penting. Contohnya termasuk manfaat perencanaan keluarga, seperti Carrot, yang dapat membantu semua karyawan dengan perencanaan keluarga masa depan.
Saat kita merayakan kemajuan LGBTQ+, sangat penting untuk mengakui dan menghormati pengorbanan serta kontribusi yang dibuat oleh pemimpin sejarah seperti Marsha P. Johnson dan Harvey Milk. Perayaan ini juga harus menjadi waktu bagi organisasi untuk lebih memahami bagaimana mereka dapat mendukung LGBTQ+ di tempat kerja, dan dalam konteks yang lebih luas. Dengan mendengarkan secara aktif pengalaman karyawan LGBTQ+, kita dapat mengambil tindakan untuk menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung kesejahteraan mereka.
Secara keseluruhan, mendukung LGBTQ+ di tempat kerja memerlukan upaya dan komitmen yang berkelanjutan. Pandemi COVID-19 menyoroti tantangan unik yang dihadapi oleh karyawan LGBTQ+, termasuk perasaan isolasi dan peningkatan tekanan untuk tampil. Dengan menciptakan ruang untuk keterlibatan komunitas, mengintegrasikan inklusivitas ke dalam proses operasional, dan menilai kembali manfaat, organisasi dapat lebih baik mendukung karyawan LGBTQ+ mereka.
Saat kita melangkah maju, mari terus merayakan kemajuan sambil mengambil tindakan nyata untuk membina lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua individu. Kami berharap blog dari Aniday ini bermanfaat bagi Anda.